Anak-anak Yang Terpakai

Bermula dari kebosanan, akhirnya kaki ini kembali menuju surga inspirasi yakni warung kopi. ya, sejak masuk kedunia perkuliahan warung kopi merupakan tempat yang paling sering dikunjungi selain ruangan kelas di kampus "tercinta".

Kerjaan yang sudah menumpuk "deadline" nya menyebabkan perlu sedikit suntikan untuk inspirasi otak agar lancar dalam berimajinasi dan menghayal ya walaupun tujuan utamanya adalam minum dan wifi, tapi masih bisa untuk di maklumi.

Hari ini, ada beberapa desain yang harus direvisi dan desain baru yang sudah waktunya di kerjakan, tentunya demi menjaga brand awareness dari bisnis kecil yang dirintis, menepati kesepakatan dengan klien adalah tanggung jawab besar.

Bermula dari mencari makan bersama partner CS Butirstudio di tempat langganan Blitz, dan menuju ke Warung Kopi Askembo yang sekarang sudah berubah nama menjadi Warcoff, bingung sih kenapa dinamakan Warcoff, mungkin karena singkatan dari Warung Kopi Fun Fun, mungkin ya.

Lanjut ke revisi desain

Sebenarnya revisi yang diminta dari pagi, hanya saja waktu dan kesibukan sebagai mahasiswa yang mengharuskan mengikuti perkuliahan online membuat waktu menjadi sulit untuk di imbangi dengan mengerjakan desain.

Akhirnya dimulai dari membaca brief revisian yang diberi, ternyata ada beberapa yang harus di ubah, klien menginginkan variasi lain dimana logo yang sudah dikatakan baik ia ingin ada beberapa yang di hapus untuk dijadikan perbandingan.

Menurutku desain logonya sudah baik, mudah di ingat dan tidak mirip dengan logo yang ada di pasaran.

Namun, karena klien sudah membayar, maka sudah semestinya untuk mengikuti permintaan klien.

Akhirnya desain yang diminta sudah selesai untuk di revisi, dan karena bosan dengan susasana yang sepi dikarenakan sudah mulai malam akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Ditengah perjalanan, mampir sebentar di warung langganan untuk membeli rokok, bingung awalanya karena selisih beberapa merk rokok yang tidak terlalu jauh, akhirnya aku memutuskan untuk membeli Sampoerna satu bungkus untuk menemani malam ini dan untuk besok yang jelasnya.

Setelah membayar dan melihat jam yang masih pukul 12.30 malam, aku tertarik untuk lanjut ngopi di warung kopi W&W yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal di rantauan ini. 

Sampai disana, melihat ada tempat duduk yang kosong dan dekat dengan pengecas, akhirnya aku memutuskan untuk duduk disitu.

10 menit awal, hanya menghidupkan laptop dan membuka Whatsapp dana tak lama ada beberapa kejadian yang menurutku cocok untuk dijadikan bahan tulisan setelah berbulan-bulan lamanya tidak menulis.

Ya,  anak kecil itu kembali datang membawa semacam tempat untuk membawa kue, namuan besarnya hampir 2 kali lipat badan anak kecil yang kira-kira berumur 6-7 tahun itu.

Jadi teringat dengan adik ku yang ada di kampung, ia mulai menjajakan dagangan nya yang belakangan aku ketahuai adalah pisang keju. atau pisang yang di potong-potong kecil dan dilapisi tepung lalu di goreng dan di taburi keju sebagai toping nya.

Ia tampak bersemangat dengan raut muka yang tak kenal lelah, dari satu bangku ke bangku ia menawarkan, ketika tidak ada yang membeli ia akan mengicapkan kata terima kasih dengan mimik muka tersenyum.

Lalu ia akan menuju bangku lainnya, dan setelah semuanya di datanginya, ia akan pergi.

Ya, aku tidak membelinya karena setelah aku tau kalau ia di antar oleh orang dewasa di seberang toko sana, rasa ingin membeli ku turun.

Entah apa yang diterimanya dengan berjualan di tengah malam seperti ini. seorang anak berumur 6-7 tahun dengan raut muka yang tidak mengantuk menjajakan makanan di warung kopi tentunya menjadikan pertanyaan di benak kepala ini.

Siapa yang menyuruhnya? apakah di paksa atau tidak? apakah memang ingin sendiri atau bagaimana? apakah hanya warung kopi ini saja atau semua warung kopi di tanjungpianang?  akah sisa jualan disuatau tempat dan karena berjalan pulang ke arah rumah dan mampir sebentar di warung kopi atau tidak? dan apakah ia bersekolah atau tidak?

Pertanyaan itu terus terbesit dan tak terjawab sampai tulisan ini selesai di publish.

Intinya aku hanya mengambil kesimpulan bahwa, di ekonomi seprti ini banyak orang yang sangat dengan kolot mencari penghasilan dengan cara-cara dan metode-metode lama yang sangat jadul.

Merebut waktu istirahat anak-anak adalah sebuah kejahatan  munurutku, terlepas apapun itu kondisi ekonomi keluarganya. orang tua harus dan wajib untuk membahagiakan anak-anaknya.

Orang-orang dewasa memang kejam, segala cara di lakukan baik itu etis atau tidak demi uang

Ada yang menjual waktu istirahat dan ada yang merampas waktu istirahat.

Seperti biasa, tulisan di blog ini selalu tidak memiliki poin dan selalu mengambang.

Penulis hanya berpesan, tiap tulisan memliki ciri khasnya masing-masing dan maknanya sendiri-sendiri. tergantung kapan, dimana, bagaimana dan siapa yang membacanya.

Berimajinasilah.

Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url
Post Terkait :
Ceritaku